Interaksi Sosial

Interaksi sosial terjadi karena adanya sifat dasar manusia yang merupakan makhluk sosial yang selalu ingin berhubungan dan didasari oleh kebutuhan manusia yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka interaksi sosial ini terjadi.Dalam pendekatan interaksi sosial dapat terjadi dengan beberapa cara salah satunya adalah pendekatan interaksionisme simbolis. Pendekatan ini bersumber pada pemikiran Mead. Symbol merupakan sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh orang yang mempergunakannya. Makna atau nilai tersebut hanya dapat ditangkap melalui cara-cara non-sensoris.
Menurut Blumer pokok pikiran interaksionisme ada tiga: manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dipunyai sesuatu tersebut baginya, makna yang
dipunyai tersebut berasal atau muncul dari hasil interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya, dan makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran, yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya.
Thomas dikenal dengan ungkapannya bahwa bila orang mendefinisikan situasi sebagai hal yang nyata, maka konsekuensinya nyata. Yang dimaksudkannya di sini ialah bahwa definisi situasi yang dibuat orang akan membawa konsekuensi nyata. Thomas membedakan antara definfisi situasi yang dibuat secara spontan oleh individu, dan definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat, yaitu ia melihat adanya persaingan antara kedua macam definisi situasi tersebut.
Hall mengemukakan bahwa dalam interaksi dijumpai aturan-aturan tertentu dalam hal penggunaan ruang. Dari penelitiannya hall menyimpulkan bahwa dakam situasi sosial orang cenderung menggunakan empat macam jarak, yakni jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik.
Hall antara lain membahas pula aturan mengenai waktu. Hall mencatat bahwa dalam masyarakat berbeda dijumpai pengguanaan waktu secara berbeda karena adanya persepsi berbeda mengenai waktu. Menurut Hall dalam interaksi kita tidak hanya memperhatikan apa yang dikatakan orang lain tetapi juga apa yang dilakukannya. Komunikasi nonverbal atau bahasa tubuh kita gunakan secara sadar maupun tidak untuk menyampaikan perasaan kita kepada orang lain. Studi sosiologis terhadap gerak tubuh dan isyarat tangan ini dinamakan kinesics.
Karp dan Yoels mengemukakan bahwa untuk dapat berinteraksi seseorang perlu mempunyai informasi mengenai orang yang berada di hadapannya. Manakala kita tidak mengetahui riwayat hidupnya dan/atau kebudayaannya maka interaksi sukar dilakukan. Sumber-sumber informasi yang disebutkan Karp dan Yoels adalah ciri fisik yang diwarisi sejak lahir seperti jenis kelamin, usia, dan ras serta penampilan – daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan percakapan.
Menurut Goffman dalam suatu perjumpaan masing-masing pihak membuat pernyataan dan memperoleh kesan. Ia membedakan dua macam pernyataan: pernyataan yang diberikan dan pernyataan yang dilepaskan. Menurutnya masing-masing pihak berusaha mendefinisikan situasi dengan jalan melakukan pengaturan kesan.
Knapp membahas berbagai tahap yang dapat dicapai dalam interaksi. Tahap-tahap interaksi tersebut terbagi dalam dua kelompok besar, yakni tahap-tahap yang mendekatkan peserta interaksi, dan tahap-tahap yang menjauhkan mereka.
Dalam interaksi sosial dikenal tiga macam interaksi yang dapat terjadi yaitu mikro, meso dan makro sosiologi. Pengertian miKro, meso, dan maKro dalam sosiologi dapat dianalogikan dengan kelompok sosial kecil, sedang, dan besar. Dalam sosiologi mikro kita berbicara misalnya tentang single mother, hubungan orang tua-anak, sepasang kekasih, keluarga, pernikahan usia dini. Dalam soiologi meso kita berbicara antara lain mengenai pekerja PT Z di kota B, pekerja anak di Kabupaten Y, geng motor di Kota X, atau hubungan antaretnis di ibu kota Provinsi. Dalam sosiologi makro, kita dapat membahas masalah seperti program KB di Indonesia, pembagian BLT, dampak sosial konversi minyak tanah ke elpiji, atau jumlah pengakses internet di negara kita.

Kelompok Sosial
Kelompok sosial sangat penting karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Tanpa kita sadari sejak lair himgga ajal kita menjadi anggota berbagai jenis kelompok. Dengan menggunakan tiga criteria, yakni kesadaran jenis, hubungan satu sama lain, ikatan organisasi. Bierstedt membedakan empat jenis kelompok: kelompok asosiasi, keloompok sosial, kelompok kemasyarakatan, dan kelompok statistic.
Menurut Meton kelompok merupakan sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah mapan sedangkan kolektifitas merupakan orang-orang yang mempunyai rasa solidaritas karena berbagi nilai bersama dan yang telah memiliki rasa kewajiban moral umtuk menjalankan harapan peranan. Konsep lain yang diajukan Merton ialah konsep kategori sosial.
Durkheim membedakan antara kelompok yang didasarkan pada solidairtas mekanis, dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas organis. Solidaritas mekanis merupakan cirri yang menandai masyarakat yang sederhana, sedangkan solidaritas organis merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks yang telah mengenal pembagian kerja yang rici dan diperastukan oleh kesalingtergantungan antar bagian.
Toennies mengadakan perbedaan antara dua jenis kelompok: Gemeinschaft dan Gesellschaft. Gemeinschaft merupakan kehidupan bersama yang intim, pribadi dan eksklusif; suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir. Gesellschaft merupakan kehidupan publik, yang terdirir atas orang-orang yang kenetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap amndiri dan bersifat sementara dan semu.
Cooley memperkenalkan konsep kelompok primer. Sebagai lsejumlah ahli sosiologi menciptakan konsep kelompok sekunder, yakni suatu konsep yang tidak kita jumpai dalam karya Cooley. Suatu kalidifikasi lain yaitu suatu pembedaan antara kelompok luar dan kelompok dalam, di dasarkan pada pemikiran Sumner. Sumner mengemukakan bahwa di kalangan anggota kelompok dalam dijumpai persahabatan, kerjasama, keteraturan, dan kedamaian sedangkan hubungan antara kelompok dalam dengan kelompok luar cenderung ditandai kebencian, permusuhan, perang, dan perampokan.
Merton mengamati bahwa kadang-kadang perilaku seseorang mengacu pada kelompok lain yang dinamakan kelompok acuan. Di kala seseorang berubah keanggotaan kelompok, ia sebelumnya dapat menjalani perubahan orientasi, yaitu suatu proses yang oleh Merton diberi nama sosialisasi antisiaporis.
Suatu klasifikasi yang digali Geertz dari masyarakat Jawa adalah pembedaan anara kaum abangan, santri, dan priyayi. Menurut Geertz pembagian masyarakat yang ditelitinya ke dalam tiga tipe budaya ni didasarkan atas perbedaan pandangan hidup di antara mereka.
Menurut Webber dalam masyarakat modern kita mejumpai suatu sistem jabatan yang dinamakan birokrasi. Organisasi birokrasi yang disebutkan Weber mengandung sejumlah prinsip. Prinsip-prinsip tersebut hanya dijumpai pada birokrasi yang oleh Weber disebut tipe ideal, yang tidak akan kita jumpai dalam masyarakat.
Suatu gejala yang menarik perhatian banyak ilmuan sosial adalah berkaitan antara kelompok formal dan kelompok informal. Dalam organisasi formal akan terbentuk berbagi kelompok informal. Nilai dan aturan kelompok informal dapat bertentangan dengan nilai dan aturan yang berlaku dalam organisasi formal.

Stratifikasi Sosial
Pembedaaan anggota masyarakat berdasarkan status dinamakan stratifikasi sosial. Berdasarkan status yang diperoleh dengan sendirinya, kita menjumpai adanya berbagai macam stratifikasi. Anggota masyarakat dibedakan pula berdasarkan sttus yang dirihnya, sehingga menghasilkan berbagai jenis stratifikasi lain.
Dalam sosiologi kita mengenal perbedaan antara stratifikasi tertutup dan stratifikasi terbuka. Keterbukaan suatu sistem stratifikasi diukur dari mudah-tidaknya dan sering-tidaknya seseorang yang mempunyai status tertentu memperoleh status dalam strata yang lebih tinggi. Dalam sosiologi mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam stratifikasi sosial. Mobilitas vertical mengacu pada mobilitas ke atas atau ke bawah dalam stratifikasi sosial. Ada pun apa yang dinamakan lateral mobility yang mengacu pada perpindahan geografis antara lingkungan setwmpat, kota, dan wilayah.
Di kalangan para ahli sosiologi kita menjumpai keanekaragaman dalam penetuan jumlah lapisan osial. Ada yang merasa cukup klasifikasi dalam dua lapisan, dan ada pula yang memebedakan antara tiga lapisan atau lebih. Barber memperkenalkan beberapa konsep ynag mempertajam konsep stratifikasi. Salah satu di antaaranya ialah konsep rentang, yang mengacu pada peredaan antara kelas teratas dengan kelas terbawah. Konsep terkait lainnya iala konsep bentuk, yang mengacu pada proporsi orang-orang yang terletak di kelas-kelas sosial yang berlainan.
Menurut Marx, lahir dan berkembangnya kapitalisme dan industri nodern mengakibatkan terpecahnya masyarakat menjadi dua kelas yang saling bermusuhan, yaitu kelas borjuis dan kelas proleter. Marx meramalkan bahwa melalui suatu perjuangan kelas kaum proletar akan mendirikan suatu masyarakat tanpa kelas.
Pandangan Marx ini dikecam oleh banyak ilmuwan sosial. Kritik utama ditujukan pada diginakannya hanya satu dimensi, yaitu dimensi ekonomi, yaitu menetapkan stratifikasi sosial. Kritik lain ialah bahwa dalam kenyataan masyarakat industri mengenal lebih dari dua kelas.
Weber mengemukakan bahwa di saamping stratifikasi menurut dimensi ekonomi kita menjumpai pula stratifikasi menurut dimensi lain. Webwe memperkenalkan perbedaan antara konsep-konsep kelas, kelompok status, dan partai, yang merupakan dasar bagi pembedaannya antara tiga jenis stratifikasi sosial.
Pengaruh Weber Nampak dalam pandangan Peter Berger, yang mengartikan stratifikasi sebagai penjenjangan masyarakat menjadi hubungna atasan-bawahan atas dasar kekuasaan, kekayaan, dan kehormatan. Pengaruh weber Nampak pula dalam karya Jeffries dan Ransford yang dengan menggunakan ukuran kekuasaan, hirarki kelas, dan hirarki status. Suatu hal yang ditekankan Weber ialah kemungkinan adanya hubungan antara kedudukan menurut beberapa dimensi.
Pandangan Davis dan Moore yang dikenal sebagai penjelasan fungsionalis menekankan pada fungsi status-status dalam masyarkat yang dinilai meninjang kesinambungan masyarakat. Sejumlah ahli sosiologi lain melihat bahwa stratifikasi timbul karena adanya masyarakat berkembang pembagian kerja yang memungkinkan perbedaan kekayaan, kekuasaan dan prestise. Adanya perbedaan prestise dalam masyarakat tercermin pada perbedaan gaya hidup. Dalam kaitan dengan perbedan atarkelas ini para ahli sosiologi seing berbicara mengenai symbol status.
Kedudukan dalam suatu kelas sosial tertentu mempunyai arti penting bagi seseorang. Perbedaan kelas sosial berkaitan dengan perbedaan fertilitas, harapan hidup bayi pada waktu lahir, kestabilan keluarga, kesehatan mental,perilaku seks, kehidupan beragama. Mode, dan sikap politik.
Dalam sosiologi digunakan beberapa pendekatan untuk mempelajari stratifikasi sosial seperti pendekatan objektif, pendekatan subjektif, dan pendekatan reputational. Ada masyarakat yang berpandangan bahwa apa yang dapat diperoleh seorang anggota masyarakat tergantung pada kemampuannya. Masyarakat lebih menekankan asa yang menyatakan bahwa pemerataan berarti pemerataan pendapat. Untuk mengurangi ketidaksamaan dalam masyarakat pemerintah berbagai negara menerapkan berbagai program. Beberapa masyarakat bukan berusaha mengurangi ketidaksamaan dalam masyarakat dengan jalan membatasi perbedaan antar individu.

Hubungan Antar Kelompok
Dalam pembahasan mengenai hubungan antarkelompok yang dimaksudkan dengan kelompok mencakup statistical group, societal group, dan associational group. Konsep kelompok di sinsi mencakup semua kelompok yang diklasifikasikan berdasarkan criteria cirri fisik, kebudayaan, ekonomi, dan perilaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelompok moralitas dapat dikaji dengan menggunakan dimensi sejarah, dimensi demografi, dimensi sikap, dimensi institusi, dimensi gerakan sosial, dan dimensi tipe utama hubungan antarkelompok. Di samping itu ada yang perlu diperhatikan, yaitu dimensi perilaku dan dimensi kolektif.
Suatu bentuk hubungan yang banyak disoroti ialah hubungan mayoritas-minoritas, dalam definisi Kinloch kelompok mayoritas ditandai adanya kelebihan kekuasaan; konsep mayoritas tidak dikaitkan dengan jumlah anggota kelompok. Ada pula ilmuwan sosial berpendapat bahwa konsep mayoritas didasarkan pada keunggulan jumlah anggota.
Redfield melihat bahwa konsep ras sebagai gejala sosial berlainan dengan konsep ras sebagai gejala biologis. Bagi Berghe ras berarti kelompok etnik diganti dengan istilah golongan etnik. Rasisme didefinisikan sebagai suatu ideology yang didasarkan pada keyakinan bahwa cirri tertentu yang dibawa sejak lahir menandakan bahwa pemilik cirri tersebut lebih rendah sehingga mereka dapat didiskriminasi. Kita menjumpai pula ideology-ideologi lain yang jugaberusaha membenarkan diskriminasi terhadap kelompok lain seperti sitem ageisn. Apabila kita bicara tentang rasialisme kita berbicara mengenai praktik diskriminasi terhadap kelompok ras lain.
Ideologi rasisme yang menganggap bahwa orang Kulit Putih lebih unggul daripada orang kulit berwarna antara lain pernah dianut oleh Amerika Serikat dan hingga kini masih dianut di Republik Afrika Selatan. Menurut v.d.Berghe demokrasi di Amerika Serikat hingga awal Perang Dunia II dan di Afrika Selatan hingga kini merupakan apa yang dinamakanmya “Herrenvolk democracy”.
Menurut Noel stratifikasi etnik terjadi apabila terpenuhi tiga persyaratan yaitu: etnosentrisme, persaingan, dan perbedaan kekuasaan. Collins berpandangan bahwa satu-satunya faktor yang mengawali dan mendasari stratifikasi jenis kelamin ialah kekuatan fisik, sedangkan Parsons mengaitkan stratifilasi jenis kelamin dengan industrialisasi. Menurut Ransford kekhususan stratifikasi usia terletak pada kenyataan bahwa status dalam jenjang kekuasaan, pertise dan privilese berbentuk kurvilinear.
Banton mengemukakan bahwa kontak antara dua kelompok ras dapat diikuti proses akulturasi, dominasi, paternalisme, pluralisme, atau integrasi. Dalam klasifikasi Liberson dapat dibedakan antara pola dominasi kelompok pendatang aatas kelompok pribumi dan pola dominasi kelompok pribumi atas kelompok pendatang.
Dalam hubungan antarkelompok sering ditampilkan prasangka. Salah satu teori untuk menjelaskan prasangka ialah teori frustasi-agresi. Stereotip erat kaitannya dengan prasangka. Stereotip-stereotip dapat bersifat negatif maupun positif. Bettelheim dan Janowitz membedakan dua macam stereotip negatif yang saling bertentangan: stereotip superego dan stereotip id.
Satu bentuk perilaku yang banyak ditampilkan dalam hubungan antarkelompok ialah diskriminasi. Ransford membedakan antara diskriminasi individu dan diskriminasi institusi. Prasangka bukanlah prasyarat bagi perilaku diskriminasi, dan sebaliknya prasangka yang dianut seseorang oun tidak selalu membuahkan perilaku diskriminatif.
Hubungan antarkelompok sering berwujud perilaku kolektif. Tidak jarang gerakan antarkelompok berkembang menjadi huru-hara yang mengakibatkan perusakan harta benda atau bahkan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Hubungan antarkelompok pun sering melibatkan gerakan sosial, baik yang diprakarsai oleh pihak yang menginginkan perubahan maupun oleh mereka yang ingin mempertahankan keadaan yang ada.

0 komentar:

Posting Komentar